Di Indonesia ada bangunan raksasa yang masih banyak misteri tak terpecahkan. Yaitu Candi Borobudur.
Menurut sejarah Candi Borobudur dibangun oleh Raja Smaratungga salah
satu raja kerajaan Mataram kuno dari dinasti Syailendra pada abad ke-8.
Menurut legenda Candi Borobudur dibangun oleh seo...rang arsitek bernama
Gunadharma, namun kebenaran berita tersebut secara hirtoris belum
diketahui secara pasti.
Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur
akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan
sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida
Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan
piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan
ditemukan di daerah dan negara manapun.
Sedangkan ketika dilihat
dari udara, bentuk Candi Borobudur mirip dengan teratai. Teratai memang
salah satu dari simbol-simbol yang dipakai dalam penghormatan (puja)
agama Buddha, melambangkan kesucian, mengingatkan umat Buddha untuk
senantiasa menjaga pikiran dan hati tetap bersih meski berada di
lingkungan yang tidak bersih.
Tahun 1930-an W.O.J. Nieuwenkamp
pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi Borobudur. Didukung
penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur
bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai
yang mengapung di atas danau. Danau yang sekarang sudah kering sama
sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar
di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu memang memberi kesan
adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.
Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat
bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan
gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan
dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah
candi.
Yang menarik dari Candi Borobudur adalah nama arsiteknya, yang bernama Gunadharma. Tapi siapakah Gunadharma?
Tidak ada catatan sejarah mengenai tokoh bernama Gunadharma ini.
Diperkirakan Gunadharma merupakan simbol dari nama seseorang yang punya
intelektual luar biasa. Ada anggapan bahwa Candi Borobudur dibangun
dengan bantuan 'makhluk lain'.
Bahan dasar penyusun Candi
Borobudur adalah batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya.
Sebuah batu beratnya ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu
tidak digunakan semen. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu
atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan. Bila dilihat dari udara,
maka bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan
lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon.
Ternyata Borobudur, Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayat, berada
dalam satu garis lurus.
Candi Borobudur merupakan candi Budha,
terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun
oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan
Wangsa Syailendra.
Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara
dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti... kompleks candi atau
biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas,
dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut
sumber lain berarti sebuah gunungyang berteras-teras (budhara),
sementara sumber lainnya mengatakan Borobudur berarti biara yang
terletak di tempat tinggi. Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak
terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter
sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat
paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460
relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah
berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran
dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke
arah barat.
Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan
manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai
tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
* Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
* Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah
dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk.
Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.
*
Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam
stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas
dari nafsu, rupa, dan bentuk.
* Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut
berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada
reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda,
bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang
wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu,
terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu.
Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang
kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan
representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta
(Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur
mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama
Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad
sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di
Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha
dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu
mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan
mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah
dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The
Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal dengan nama
Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab
tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun
dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa
mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian
terpendam karena letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti
Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian
diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar
dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan
Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak
watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur
dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada
Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.
Materi Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat
di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari
55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata
25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km
dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi
Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu
rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel
masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu dibentangkan maka
kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh,
tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk
bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah.
Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42
meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.
Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert
von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata
budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam
Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa
Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa
bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya
yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan
serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur.
Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan
bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan
piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi
Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur
berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara
manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan
Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.